Monday, March 28, 2011

Mati lampu, waktu dulu

Saat mati lampu,
dulu
Alat elektronik tak bisa hidup,
Komputer tak mau menyala,
Telepon seluler belum terkenal,
mungkin hanya pager yang berbunyi bip-bip

Dulu,
waktu PLN padamkan listrik,
kami ditemani sebatang lilin,
berkumpul bersama di ruang duduk...
dan bercerita tentang hidup...

Dulu,
mungkin sampai 10 tahun yang lalu,
saat-saat mati lampu,
menjadikan kami sendu
namun dengan hati tersenyum...

Namun sekarang bukanlah dulu,
satu jam Earth Hour berlalu seperti tak perlu,
tak terasa bahkan tak disadari...
selama blackberry masih bisa aktif,
dan keyboard notebook masih bisa cetak-cetuk,
Mati lampu jadi seperti angin lalu

Aku rindu,
dengan pengkondisian yang lalu...
Saat mati lampu,
Tak ada pilihan selain menunggu
mengisi waktu dengan berbincang hingga larut
Menanti kapan listrik 'kan hidup.....
Hingga mata berat dan tak sanggup
menghitung detik yang berlalu
dan.... kamipun tertidur,
ditemani remang lilin yang menyala tak henti
subsitusi yang memberi kehangatan
dalam kebersamaan...

Hujan


Bukan hujan,
bila ia tak tinggalkan kenangan...

Sunday, March 27, 2011

DIAM!!!

Anda...
Lebih baik...
Duduk dan...
DIAAAAAMMMMM!!!

Bila setiap hari hanya
- Mencela pengamen yg bersuara parau
- Menutup hidung melewati pengemis di jalan
Atau,
- Menggeleng2kan kepala ketika melihat anak punk jalanan yg sedang tertawa riang, yang BAHKAN tidak meminta apapun dari dirimu!

Sekarang,
Duduk dan diam... SAJA!
Bila Anda tidak ingin membantu,
Dan,
Bila Anda tidak peduli dengannya!

Reaksi mu bagai sampah yg tidak layak diangkut tukang sampah
Gaya mu selangit, tapi bukan langit aku dan dia, melainkan langit fana
Otakmu kerdil yg sangat mudah tertukar dgn sebutir pasir
Dan meskipun aku suruh kau diam,
dan mulutmu membisu tak berkata, tapi hatimu busuk membasi dan berbau!

Karang Sawarna



Tak dapat ku lukiskan perasaan cinta sang Karang kepada ombak..
Yang terus menghantam dengan hempasan ombak,
menghibur penonton berbibir merah yg tersenyum simpul..

Tak dapat ku bayangkan rasa sakit yg dialami Karang,
Ketika ia membiarkan diri terkikis ombak besar yang menghabiskannya perlahan..

Tanpa ada yg tahu,
Kepedihan yg harus ia rasakan kala ombak bermain dengan keriaan gulungannya,
Tanpa ada yg tahu,
Betapa sakitnya tamparan ombak yang pecah ketika berbenturan dengannya,

Tanpa ada yg paham...
Rasa cintanya yg tak pernah padam..

Karang yang selalu berdiam selama ratusan tahun sejarah,
Karang yang setia menanti tiap hantaman dan tamparan,

Merelakan hati yang tercabik dalam deburan air mata
Mengorbankan diri yang terkikis dalam tangisan sepi
Sampai waktu menghabiskannya hingga tak bersisa