Saturday, May 30, 2009

Tentang Perahu itu...

Aku akan hadir…

Tapi tidak hari ini..

Perahu itu rusak tak mampu layar,

Butuh detik-detik tambahan utk perbaikan..

 

Kayunya lapuk, sekrupnya banyak jatuh..

Sisa-sisa debu bertaburan, tak pernah disapu..

 

Tapi Ini bukan perahu tua yg termakan usia

Bahkan legenda terpatri pada masanya..

 

Hanya saja..

 

Ia tak berkutik saat kau menunda menepi

Berpasrah pada nahkoda yang pegang kendali

Dan terpaksa mengikuti petualangan lautan Atlantik

Yang kini tinggalkan kisah tentang ’Pelayaran Perdana-Detik Terakhir’

2 comments:

@neze said...

ah moso, emang lugas ye? cenderung kasar hhmmm?! enak Dhe berpuisi pakai bahasa sehari hari, abis bahasa yg jinak2 rumit hehe!

"Kalian pertimbangkan setengah matang" maksudnya adalah, mudah2an org tua gw tidak terlalu berat mikirin hal ini/ dukung segala keputusan gw.

nah kalo puisi lo ini bercerita ttg apa?

Dhede Wantah said...

Hehe..
Gw jg ga tau mo nulis apa disini, hanya tertulis aja seperti ini :p
Yaa..tentang kehancuran sblm 'waktunya' lha nez, setiap detik adalah moment utk bergerak maju, atau hancur perlahan..

Btw, rabu msh ngumpul?